Perubahan kurikulum membuat sistem mengajar guru juga ikut berubah. Pada mulanya sistem mengajar menerapkan "Siswa diberi tahu" menjadi "Siswa mencari tahu". Kedua sistem ini tidak lepas dari kelebihan dan kekurangan.
a. Siswa diberi tahu
a. Siswa diberi tahu
Sistem ini lebih kepada peran guru yang dominan. Guru menjadi sumber belajar, pada umumnya guru menggunakan metode ceramah dalam melakasanakan proses belajar mengajarnya. Sistem ini mengharuskan guru untuk menyampaikan materi ajar kepada siswa dan siswa mendengarkan materi ajar yang disampaikan oleh guru. Informasi secara keseluruhan selalu bersumber dari guru.
Oleh sebagian pakar pendidikan, sistem ini mengurangi keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran. Siswa lebih banyak diam dan mendengarkan, kreatifitas siswa tidak dapat tersalurkan akibat waktu yang terpakai lebih banyak digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi pelajarannya.
Kelebihan sistem "Siswa diberi tahu" adalah bagi siswa yang memiliki karakter pemalu dan kurang aktif dapat teratasi menggunakan sistem ini. Didaerah yang memiliki akses informasi kurang atau daerah-daerah terpencil dan terbelakang sangat tepat menggunakan sistem "Siswa diberi tahu". Sedangkan kekuarangannya antara lain; siswa tidak mampu mengembangkan kreatifitas, imajinasi, daya kritis dan argumentasinya terhadap materi yang diajarkan. Siswa lebih banyak menerima tanpa harus berusaha untuk mencari tahu dan mengembangkan kapasitas dirinya.
b. Siswa Mencari Tahu
b. Siswa Mencari Tahu
Sistem "Siswa mencari tahu" sangat tepat diterapkan pada sekolah-sekolah yang memiliki sarana dan prasarana sesuai standar yang ditetapkan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. Menerapkan sistem "Siswa mencari Tahu" membutuhkan akses informasi misalnya internet. Siswa harus memiliki buku paket sebagai sumber informasi, selain itu guru harus lebih aktif dalam menyediakan bahan ajar berupa artikel dan sumber belajar penunjang lainnya yang berkaitan dengan materi ajar yang disampaikan.
Kelemahan menggunakan sistem ini antara lain kurangnya keaktifan siswa. Pada umumnya terjadi di daerah-daerah pedesaan, terpencil atau terbelakang. Kemungkinan tidak tercapainya indikator setiap Kompetensi Dasar dan Standar Kompetensi sangat terbuka lebar, hal disebabkan karena kemampuan pemahaman siswa dan daya analisis serta daya kritis siswa masih terbatas. Sedangkan kelebihannya adalah dapat memancing karakter siswa untuk mengetahui setiap informasi yang berkaitan dengan materi ajar yang disampaikan, tentunya harus didukung oleh sarana dan prasarana serta sumber belajar yang memadai. Tanpa dukungan sumber ajar maka sistem "Siswa mencari tahu" tidak akan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
Merubah paradigma pembelajaran dari "diberi tahu" menjadi "mencari tahu" membutuhkan penyesuaian-penyesuaian dan pengkajian yang mendalam utamanya karakter siswa disetiap sekolah. Dengan melakukan pengkajian, kita dapat memutuskan apakah "diberi tahu" atau "mencari tahu" yang tepat untuk dijalankan pada proses pembelajaran.
Merubah paradigma pembelajaran dari "diberi tahu" menjadi "mencari tahu" membutuhkan penyesuaian-penyesuaian dan pengkajian yang mendalam utamanya karakter siswa disetiap sekolah. Dengan melakukan pengkajian, kita dapat memutuskan apakah "diberi tahu" atau "mencari tahu" yang tepat untuk dijalankan pada proses pembelajaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar