Alasan
mengenai ada atau tidaknya pelajaran TIK sebenarnya sedikit kompleks.
Pertimbangan ada atau tidak ada TIK ini bukan karena penting atau tidak
penting pelajaran TIK, ini sepertinya berkaitan dengan proses politik
dan kebijakan luar negeri yang terjadi di negara ini.
Saya mulai dengan sedikit flashback mengenai proyek IGOS (Indonesia Go Open Source),
dulu proyek ini digadang gadang akan menjadikan Indonesia sebagai
negara mandiri yang mampu menciptakan pemerintahan yang berbasis IT
(e-goverment), tidak hanya pemerintahan tapi juga sektor pendidikan,
perdagangan, dan sektor-sektor lainnya (IGOS direncanakan sejak
Menkoninfo Syamsul Muarif). Kata kuncinya adalah "mandiri", jadi yang
digunakan adalah sebuah sistem yang bisa melepaskan ketergantungan dari
produsen dalam hal ini produsen sistem operasi dan aplikasi, sehingga
digunakan sistem operasi open source. Muncullah proyek IGOS (Lebih
lengkap tentang IGOS http://www.ebizzasia.com/ 0219-2004/itc,0219,01.htm).
Proyek IGOS sejatinya sudah berjalan dimana sudah tercipta beberapa
seri distro IGOS yang beredar seperti IGOS Nusantara, IGOS Laba-Laba,
IGOS Billing, dsb. Akan tetapi lahirnya IGOS tentu menimbulkan
kekhawatiran pihak produsen yang selama ini diuntungkan terutama
produsen Sistem Operasi. Sehingga diundanglah SBY ke US sekalian ketemu
Bill Gates (2005- Menkominfo saat itu Sofyan Djalil) dilanjutkan Bill
Gates yang datang di Indonesia (2008-Menkominfo saat itu Bapak M. Nuh,
sekarang Menteri Pendidikan). Pertemuan itu tentu bukan tanpa maksud,
silahkan baca di http://www.unisosdem.org/ article_detail.php?aid=7547&coi d=4&caid=33&gid=4,
bahkan para pekerja IT yang mendukung proyek IGOS sangat khawatir akan
mesranya Bill Gates dan SBY akan berdampak pada keberlangsungan proyek
IGOS. Dan kekhawatiran tersebut saat ini mulai nyata dimana IGOS
terbengkalai. Lalu apa kaitannya IGOS dengan dihapuskannya TIK. TIK
muncul dalam kurikulum 2004 salah satunya adalah karena semangat IGOS,
hal ini bisa dilihat dari buku pegangan mata pelajaran TIK versi BSE
sangat opensource oriented. Nah mengenai IGOS pemerintah sudah berhasil
menghambat perkembangannya dan membuat IGOS terbengkalai tinggal mata
pelajaran TIK yang masih ada. Keberadaan TIK di sekolah menengah tentu
lambat laun akan menimbulkan kesadaran akan sumber daya IT yang mandiri,
baik sumberdaya IT Brainware ataupun software. Ini terbukti makin
banyak sekolah menengah yang mengajarkan SO Linux mulai dari sekedar
cara pemakaian sampai kemampuan teknis intalasi dan developmennya.
Bahkan disekolahan saya menggunakan 2 SO, Windows dan Linux untuk proses
belajar. Tentu hal ini menimbulkan kekhawatiran pihak US (mewakili
Microsoft) akan bangkitnya kembali IGOS.
Nah pemerintah yang berkuasa saat ini, jika ingin mendapatkan kekuasaan di pemilu 2014 tentu harus mendapat dukungan pemerintah USA sono (seperti yang sudah umum diketahui, tanpa dukungan US akan susah untuk berkuasa, kecuali negara-negara anti USA). Nah dukungan itu bisa didapat jika pemerintah memperlihatkan komitmennya terhadap MOU yang pernah ditandatangani dan menuruti kemauan USA. Salah satu bentuk pelaksanaan komitmennya yaitu menghapus TIK ditingkat sekolah menengah, kenapa? Yup agar semangat IGOS tidak muncul kembali dan kemandirian IT tidak terwujud sehingga Indonesia tetap bergantung pada USA dibidang IT.
Ngomong-ngomong, katanya cashback tiap proyek lumayan gedhe loh bisa mencapai 30% nilai proyek. Lumayan kan buat "pesta 2014" . Makanya proyek ini harus tetap berjalan di 2013
Tulisan ini disusun berdasar rangkaian literatur berita Online dan ilmu “cocokmologi”, sehingga bagi yang berseberangan tentu akan menganggap ini suudzon, halusinasi, ataupun ekspresi galau dari seorang guru TIK. Terima kasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar