Translate

Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Oleh : Retna Kusumaningrum





a.    Pengertian pembelajaran kooperatif
Menurut Holubec (Nurhadi, 2003: 59) Pengajaran kooperatif (Cooperative Learning) memerlukan pendekatan pengajaran melalui penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar dalam mencapai tujuan belajar. Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang secara sadar dan sengaja menciptakan interaksi yang saling mencerdaskan sehingga sumber belajar bagi siswa bukan hanya guru dan buku ajar tetapi juga sesama siswa. Menurut Abdurrahman (Nurhadi, 2003: 60) Secara ringkas, pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sistematis mengembangkan interaksi yang silih asah (saling mencerdaskan), silih asih (saling menyayangi), dan silih asuh (saling tenggang rasa) antar sesama siswa sebagai latihan hidup dai dalam masyarakat nyata.
Salah satu ciri pembelajaran kooperatif adalah kemampuan siswa untuk bekerja sama dalam kelompok kecil yang heterogen (Suyitno, 2004: 9). Masing-masing anggota dalam kelompok memiliki tugas yang setara.

b.    Unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang di dalamnya terdapat elemen-elemen yang saling terkait. Menurut Abdurrahman (Nurhadi, 2003: 60) Adapun berbagai elemen dalam pembelajaran kooperatif adalah adanya.
1)    Saling ketergantungan positif
Guru menciptakan suasana yang mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan. Hubungan inilah yang dimaksud dengan saling ketergantungan positif. Saling ketergantungan tersebut dapat dicapai melalui: Saling ketergantungan pencapaian tujuan, saling ketergantungan bahan atau sumber, saling ketergantungan dalam menyelesaikan tugas, peran, saling ketergantungan hadiah.
 2)    Interaksi tatap muka
Interaksi tatap muka menuntut para siswa dalam kelompok dapat saling bertatap muka sehingga mereka dapat melakukan dialog, tidak hanya dengan guru, tetapi juga dengan sesama siswa.
3)    Akuntabilitas individual
Penilaian kelompok yang didasarkan atas rata-rata penguasaan semua anggota kelompok secara individual disebut dengan akuntabilitas individual.
4)    Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi
Keterampilan sosial seperti tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman, berani mempertahankan pikiran logis, mengkritik ide dan bukan mengkritik teman, tidak mendominasi orang lain, mandiri, dan berbagai sifat lain yang bermanfaat dalam menjalin hubungan antar pribadi tidak hanya diasumsikan tetapi secara sengaja di ajarkan.

c.    Manfaat pembelajaran kooperatif
 Manfaat diterapkannya strategi pembelajaran kooperatif menurut Lundgren (Ibrahim, 2000: 18-19) adalah sebagai berikut.
1)    Meningkatkan pencurahan waktu pada tugas.
2)    Rasa harga diri menjadi lebih tinggi.
3)    Memperbaiki sikap terhadap ilmu pengetahuan alam dan sekolah.
4)    Memperbaiki kehadiran.
5)    Angka putus sekolah menjadi rendah.
6)    Penerimaan terhadap perubahan individu menjadi lebih besar.
7)    Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil.
8)    Konflik antar pribadi berkurang.
9)    Pemahaman yang lebih mendalam.
10)    Motivasi lebih besar.
11)    Hasil belajar lebih tinggi.
12)    Retensi lebih lama.
13)    Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan, dan toleransi.
Sedangkan menurut Johnson dan Johnson (Nurhadi dkk, 2003: 62) menunjukkan adanya berbagai keunggulan pembelajaran kooperatif antara lain sebagai berikut. 
  1. Memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial.
  2. Mengembangkan kegembiraan belajar yang sejati.
  3. Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap, keterampilan, informasi, perilaku sosial dan pandangan. 
  4. Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois dan egosentris.
  5. Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia. 
  6. Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan lebih baik.
  7. Meningkatkan motivasi belajar instrinsik. 
  8. Meningkatkan sikap positif terhadap belajar dan pengalaman belajar.

d.    Ragam pembelajaran kooperatif
Ragam model pembelajaran kooperatif antara lain:
1)    STAD (Student Teams Achievement Divisions).
2)    TGT (Teams Games Tournament).
3)    TAI (Teams Assisted Individualization).
4)    Jigsaw I.
5)    Jigsaw II.
6)    CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition).
(Suyitno, 2004: 37).

Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI

 Model pembelajaran TAI (Team Assisted Individualization) termasuk dalam pembelajaran kooperatif. Dalam model pembelajaran TAI, siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok kecil (4 sampai 5 siswa) yang heterogen untuk menyelesaikan tugas kelompok yang sudah disiapkan oleh guru, selanjutnya diikuti dengan pemberian bantuan secara individu bagi siswa yang memerlukannya. Keheterogenan kelompok mencakup jenis kelamin, ras, agama (kalau mungkin), tingkat kemampuan (tinggi, sedang, rendah), dan sebagainya.
Slavin (Widdiharto, 2006: 19) membuat model ini dengan beberapa alasan. Pertama, model ini mengkombinasikan keunggulan kooperatif dan program pengajaran individual. Kedua, model ini memberikan tekanan pada efek sosial dari belajar kooperatif. Ketiga, TAI disusun untuk memecahkan masalah dalam program pengajaran, misalnya dalam hal kesulitan belajar siswa secara individual.
 Model pembelajaran tipe TAI ini memiliki 8 komponen, kedelapan komponen tersebut adalah sebagai berikut.
  • Teams yaitu pembentukan kelompok heterogen yang terdiri dari 4 sampai 5 siswa.
  • Placement Test yaitu pemberian pre-test kepada siswa atau melihat rata-rata nilai harian siswa agar guru mengetahui kelemahan siswa pada bidang tertentu.
  • Student Creative yaitu melaksanakan tugas dalam suatu kelompok dengan menciptakan dimana keberhasilan individu ditentukan oleh keberhasilan kelompoknya.
  • Team Study yaitu tahapan tindakan belajar yang harus dilaksanakan oleh kelompok dan guru memberikan bantuan secara individual kepada siswa yang membutuhkan.
  • Team Score and Team Recognition yaitu pemberian score terhadap hasil kerja kelompok dan memberikan kriteria penghargaan terhadap kelompok yang berhasil secara cemerlang dan kelompok yang dipandang kurang berhasil dalam menyelesaikan tugas.
  • Teaching Group yaitu pemberian materi secara singkat dari guru menjelang pemberian tugas kelompok.
  • Fact test yaitu pelaksanaan tes-tes kecil berdasarkan fakta yang diperoleh siswa.
  • Whole-Class Units yaitu pemberian materi oleh guru kembali diakhiri waktu pembelajaran dengan strategi pemecahan masalah (Suyitno, 2004: 8).
Adapun tahap-tahap dalam model pembelajaran TAI adalah sebagai berikut.
  • Guru menyiapkan materi bahan ajar yang akan diselesaikan oleh kelompok siswa. 
  • Guru memberikan pre-test kepada siswa atau melihat rata-rata nilai harian siswa agar guru mengetahui kelemahan siswa pada bidang tertentu. (Mengadopsi komponen Placement Test).
  • Guru memberikan materi secara singkat. (Mengadopsi komponen Teaching Group).
  • Guru membentuk kelompok kecil yang heterogen tetapi harmonis berdasarkan nilai ulangan harian siswa, setiap kelompok 4-5 siswa. (Mengadopsi komponen Teams).
  • Setiap kelompok mengerjakan tugas dari guru berupa LKS yang telah dirancang sendiri sebelumnya, dan guru memberikan bantuan secara individual bagi yang memerlukannya. (Mengadopsi komponen Team Study).
  • Ketua kelompok melaporkan keberhasilan kelompoknya dengan mempresentasikan hasil kerjanya dan siap untuk diberi ulangan oleh guru. (Mengadopsi komponen Student Creative). 
  • Guru memberikan post-test untuk dikerjakan secara individu. (Mengadopsi komponen Fact Test).
  • Guru menetapkan kelompok terbaik sampai kelompok yang kurang berhasil (jika ada) berdasarkan hasil koreksi. (Mengadopsi komponen Team Score and Team Recognition).
  • Guru memberikan tes formatif sesuai dengan kompetensi yang ditentukan. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Adsense Indonesia

Terbaru

Archives

Info Web

Google PageRank Checker Powered by  MyPagerank.Net