Menurut Hanggard (1989), motivasi berasal dari bahasa latin movere, berarti menimbulkan pergerakan. Motivasi didefinisikan sebagai kekuatan psikologis yang mengerakkan seseorang kearah beberapa jenis tindakan (Susan B. Bastian, 2002 : 134).
Motivasi pada dasarnya adalah kondisi mental yang mendorong dilakukannya suatu tindakan (action atau activities) dan memberikan kekuatan (energy) yang mengarah kepada pencapaian kebutuhan, memberi kepuasan ataupun mengurangi ketidakseimbangan (Imam
Motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan sesuatu tindakan dengan tujuan tertentu (Tim Penyusun Kamus Pusat, 2000 : 756).
Menurut Nancy Steverson (2001), motivasi artinya mendorong untuk berbuat, beraksi (Sunaryo, 2004 : 143).
Teori-teori Motivasi
Teori Abraham H. Maslow (Teori Kebutuhan)
Teori motivasi yang dikembangkan oleh Abraham H. Maslow pada intinya berkisar pada pendapat bahwa manusia mempunyai lima tingkat atau hierarki kebutuhan, yaitu :
1. Kebutuhan fisiologikal (physiological needs), seperti : rasa lapar, haus, istirahat dan seks
2. Kebutuhan rasa aman (safety needs), tidak dalam arti fisik semata, akan tetapi juga mental, psikologikal dan intelektual
3. Kebutuhan akan kasih sayang (love needs)
4. Kebutuhan akan harga diri (esteem needs), yang pada umumnya tercermin dalam simbol-simbol status
5. Aktualisasi diri (self actualization), dalam arti tersedianya kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga berubah menjadi kemampuan nyata
Teori klasik “Maslow semakin digunakan, bahkan mengalami koreksi”. Penyempurnaan atau koreksi tersebut terutama diarahkan pada konsep hierarki kebutuhan yang dikemukakan oleh Maslow.
Istilah “hierarki” dapat diartikan sebagai tingkatan atau secara analogi berarti anak tangga. Logikanya ialah bahwa menaiki suatu tangga berarti dimulai dengan anak tangga yang pertama, kedua, ketiga, dan seterusnya. Jika konsep tersebut diaplikasi pada pemuasan kebutuhan manusia, berarti seseorang tidak akan berusaha memuaskan kebutuhan tingkat kedua sebelum tingkat pertama terpenuhi.
Teori Herzberg (Teori Dua Faktor)
Teori yang dikembangkannya dikenal dengan “Model Dua Faktor” dari motivasi, yaitu :
a. Faktor motivasional adalah hal-hal yang mendorong berprestasi yang sifatnya intrinsik, yang berarti bersumber dari dalam diri seseorang.
b. Faktor hygiene atau pemeliharaan adalah faktor-faktor bersumber dari luar diri yang turut menentukan perilaku seseorang dalam kehidupan seseorang.
Teori Victor H. Vroom (Teori Harapan)
Menurut teori ini, motivasi merupakan akibat suatu hasil dari yang ingin dicapai oleh seseorang dan perkiraan yang bersangkutan bahwa tindakannya akan mengarah kepada hasil yang diinginkannya itu.
Teori Penguatan dan Modifikasi Perilaku
Menyatakan bahwa manusia cenderung untuk mengulangi perilaku yang mempunyai konsekuensi menguntungkan dirinya.
Teori x dan y Donald Mc Gregor (Manusia baik dan jahat) Teori ini menyatakan bahwa cara pandang seorang pemimpin akan mempengaruhi caranya memotivasi bawahan.
Teori x : pemimpin menganggap bawahan tidak bisa dipercaya dan tidak bertanggung jawab.
Teori y : pemimpin menganggap bawahan dapat dipercaya dan bertanggung jawab (Imam Mulyono, 2007).
Jenis Motivasi
Jenis intrinsik
Jenis motivasi ini timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaaan atau dorongan orang lain, tetapi atas dasar kemauan sendiri.
Jenis ekstrinsik
Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain atau lingkungan. Perilaku yang dilakukan dengan motivasi ekstrinsik penuh dengan kekhawatiran, kesangsian apabila tidak tercapai kebutuhan (Heri Purwanto, 1995 : 59).
Indikator untuk memahami motivasi individu
Motivasi individu dapat dilihat dari beberapa indikator, diantaranya durasi, frekuensi, peristensi pada kegiatan, ketabahan, keuletan dan kemampuan dalam menghadapi rintangan dan kesulitan, devosi dan pengorbanan untuk mencapai dengan kegiatan yang dilakukan, tingkat kualifikasi prestasi atau produk (out put) yang dicapai dari kegiatan yang dilakukan dan arah sikap terhadap sasaran kegiatan (Aribowo Prijosaksono, 2007).
Jenis motivator
Menurut Abraham C. Dan Shanley F (1997), jenis motivator secara umum adalah uang, penghormatan, tantangan, pujian, kepercayaan atasan, lingkungan kerja yang menarik, jam kerja yang fleksibel, persahabatan, pengakuan, penghargaan, kemandirian, lingkungan yang kreatif, bonus/hadiah, ucapan terima kasih dan keyakinan dalam bekerja (Sunaryo, 2004 : 144).
Cara memotivasi
Ada beberapa cara yang dapat diterapkan untuk memotivasi seseorang, yaitu :
1. Memotivasi dengan kekerasan (motivating by force) Yaitu cara memotivasi dengan menggunakan ancaman hukuman atau kekerasan
2. Memotivasi dengan bujukan (motivating by enticement) Yaitu cara memotivasi dengan bujukan atau memberi hadiah
3. Memotivasi dengan identifikasi (motivating by indentification or eg-involment) Yaitu dengan menanamkan kesadaran sehingga individu berbuat sesuatu karena adanya keinginan yang timbul dari dalam dirinya sendiri (Sunaryo, 2004 : 145-146).
Motivasi pada dasarnya adalah kondisi mental yang mendorong dilakukannya suatu tindakan (action atau activities) dan memberikan kekuatan (energy) yang mengarah kepada pencapaian kebutuhan, memberi kepuasan ataupun mengurangi ketidakseimbangan (Imam
Motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan sesuatu tindakan dengan tujuan tertentu (Tim Penyusun Kamus Pusat, 2000 : 756).
Menurut Nancy Steverson (2001), motivasi artinya mendorong untuk berbuat, beraksi (Sunaryo, 2004 : 143).
Teori-teori Motivasi
Teori Abraham H. Maslow (Teori Kebutuhan)
Teori motivasi yang dikembangkan oleh Abraham H. Maslow pada intinya berkisar pada pendapat bahwa manusia mempunyai lima tingkat atau hierarki kebutuhan, yaitu :
1. Kebutuhan fisiologikal (physiological needs), seperti : rasa lapar, haus, istirahat dan seks
2. Kebutuhan rasa aman (safety needs), tidak dalam arti fisik semata, akan tetapi juga mental, psikologikal dan intelektual
3. Kebutuhan akan kasih sayang (love needs)
4. Kebutuhan akan harga diri (esteem needs), yang pada umumnya tercermin dalam simbol-simbol status
5. Aktualisasi diri (self actualization), dalam arti tersedianya kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga berubah menjadi kemampuan nyata
Teori klasik “Maslow semakin digunakan, bahkan mengalami koreksi”. Penyempurnaan atau koreksi tersebut terutama diarahkan pada konsep hierarki kebutuhan yang dikemukakan oleh Maslow.
Istilah “hierarki” dapat diartikan sebagai tingkatan atau secara analogi berarti anak tangga. Logikanya ialah bahwa menaiki suatu tangga berarti dimulai dengan anak tangga yang pertama, kedua, ketiga, dan seterusnya. Jika konsep tersebut diaplikasi pada pemuasan kebutuhan manusia, berarti seseorang tidak akan berusaha memuaskan kebutuhan tingkat kedua sebelum tingkat pertama terpenuhi.
Teori Herzberg (Teori Dua Faktor)
Teori yang dikembangkannya dikenal dengan “Model Dua Faktor” dari motivasi, yaitu :
a. Faktor motivasional adalah hal-hal yang mendorong berprestasi yang sifatnya intrinsik, yang berarti bersumber dari dalam diri seseorang.
b. Faktor hygiene atau pemeliharaan adalah faktor-faktor bersumber dari luar diri yang turut menentukan perilaku seseorang dalam kehidupan seseorang.
Teori Victor H. Vroom (Teori Harapan)
Menurut teori ini, motivasi merupakan akibat suatu hasil dari yang ingin dicapai oleh seseorang dan perkiraan yang bersangkutan bahwa tindakannya akan mengarah kepada hasil yang diinginkannya itu.
Teori Penguatan dan Modifikasi Perilaku
Menyatakan bahwa manusia cenderung untuk mengulangi perilaku yang mempunyai konsekuensi menguntungkan dirinya.
Teori x dan y Donald Mc Gregor (Manusia baik dan jahat) Teori ini menyatakan bahwa cara pandang seorang pemimpin akan mempengaruhi caranya memotivasi bawahan.
Teori x : pemimpin menganggap bawahan tidak bisa dipercaya dan tidak bertanggung jawab.
Teori y : pemimpin menganggap bawahan dapat dipercaya dan bertanggung jawab (Imam Mulyono, 2007).
Jenis Motivasi
Jenis intrinsik
Jenis motivasi ini timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaaan atau dorongan orang lain, tetapi atas dasar kemauan sendiri.
Jenis ekstrinsik
Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain atau lingkungan. Perilaku yang dilakukan dengan motivasi ekstrinsik penuh dengan kekhawatiran, kesangsian apabila tidak tercapai kebutuhan (Heri Purwanto, 1995 : 59).
Indikator untuk memahami motivasi individu
Motivasi individu dapat dilihat dari beberapa indikator, diantaranya durasi, frekuensi, peristensi pada kegiatan, ketabahan, keuletan dan kemampuan dalam menghadapi rintangan dan kesulitan, devosi dan pengorbanan untuk mencapai dengan kegiatan yang dilakukan, tingkat kualifikasi prestasi atau produk (out put) yang dicapai dari kegiatan yang dilakukan dan arah sikap terhadap sasaran kegiatan (Aribowo Prijosaksono, 2007).
Jenis motivator
Menurut Abraham C. Dan Shanley F (1997), jenis motivator secara umum adalah uang, penghormatan, tantangan, pujian, kepercayaan atasan, lingkungan kerja yang menarik, jam kerja yang fleksibel, persahabatan, pengakuan, penghargaan, kemandirian, lingkungan yang kreatif, bonus/hadiah, ucapan terima kasih dan keyakinan dalam bekerja (Sunaryo, 2004 : 144).
Cara memotivasi
Ada beberapa cara yang dapat diterapkan untuk memotivasi seseorang, yaitu :
1. Memotivasi dengan kekerasan (motivating by force) Yaitu cara memotivasi dengan menggunakan ancaman hukuman atau kekerasan
2. Memotivasi dengan bujukan (motivating by enticement) Yaitu cara memotivasi dengan bujukan atau memberi hadiah
3. Memotivasi dengan identifikasi (motivating by indentification or eg-involment) Yaitu dengan menanamkan kesadaran sehingga individu berbuat sesuatu karena adanya keinginan yang timbul dari dalam dirinya sendiri (Sunaryo, 2004 : 145-146).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar